Setelah emak-emak antri minyak goreng mengular, giliran bapak-bapak antri solar mengular. Apa bedanya antrian minyak goreng dan solar. Beda banget...
Kalau minyak goreng, bisa jadi dampaknya bisa lebih dilokalisir, tapi kalau solar, ini bisa kemana-mana dampaknya. Kenapa begitu ?
Solar adalah mayoritas bahan bakar yang digunakan untuk distribusi barang. Mari kita check. Barang komoditas seperti beras, jagung, susu, kedelai, cabe dan lainnya, rata-rata pakai truk atau kendaraan berbahan bakar solar. Mesi. Genset dan alat produksi banyak berbahan bakar solar. Belum lagi mesin-mesin kapal dan alat transportasi umumnya pakai solar.
Kenaikan harga solar, jelas akan memicu kenaikan harga sandang, pangan dan papan. Itu mengapa pemerintah memberikan subsidi besar untuk solar. Agar harga kebutuhan pokok stabil. Langkanya solar seperti pertanda harga-harga akan merambat naik.
***
Sebagai orang yang berumur, tentu akan paham bahwa negeri ini pernah mengalami beberapa kali trending. Di era 1970-an negeri ini pernah surplus pada industri minyak. Sebagai anggota OPEC, minyak menjadi penyokong pembangunan negeri ini.
Era berganti, tahun 1980-an adalah jaman keemasan industri perkayuan. Kalimantan dan Sumatra dibabat hutannya dan diekspor kayu-kayunya. Banyak konglomerat perkayuan merajai orang terkaya di negeri ini. Hasil bisnis ini menyisakan habisnya lahan berabad-abad di kawasan konservasi kalimantan. Hari ini yang tersisa di sungai kayan Kalimantan Utara, selebihnya gundul dan coklat tanah.
Era pun berganti, tahun 2000-an adalah era batu bara. Banyak pengusaha baru muncul, salah satunya penghasil batu bara di kalimantan. Banyak sekali para konglomerat tajir dari bisnis batu bara ini. Bisnis ini menyisakan lubang menganga dan jalan rusak seperti selokan.
Tahun 2010 sepertinya industri yang hype adalah kelapa sawit. Tanah-tanah negara dikelola swasta ditanami sawit berhektar-hektar. Sampai-sampai karena ditanami mono kultur, langganan banjir di kalimantan dan sumatera bisa berhari-hari lamanya.
***
Saat ini, 2020.
Minyak mulai menipis, bahkan kontraktor asing perlahan pulang kampung. Mau jualan kayu, apalagi. Hutan sudah pada gundul. Mau sawit, hutan sudah habis hutan dibabat. Mau batubara, mau mana lagi yang dioker-oker.
Ohya...
Sepertinya ada 2 lagi yang bisa kita kais-kais untuk menyangga 270 jt penduduk negeri ini.
Sektor kelautan, yang hari ini ikannya banyak dikuras oleh negera tetangga.
Dan satu lagi, warisan ring of fire, warisan gubung berapi yang membuat kesuburan tanah negeri ini tidak ada habis-habisnya. Dam dengan kesuburan tanah itu, pertanian masih menjanjikan.
Tapi dua sektor ini perlu kesabaran dan efdort yang lebih besar dari sekedar menebangi kayi, mengeruk batu bara atau menyedot minyak.
***
Secara rasio, lonjakan harga seperti sebuah keniscayaan yang akan terjadi, lonjakan itu akan bisa tersolusi kalau ada income naik. Kalau tidak, akan menderita jangka panjang.
Maritim dan pertanian bisa jadi bukit kehidupan berikutnya bagi negeri ini. Bagaimana dengan bisnis IT ? rasanya kita perlu belajar lagi lebih banyak...